Cleopatra adalah legenda abadi. Kemasyhurannya tak lekang sepanjang zaman, kisahnya selalu menarik untuk ditelisik, dan pesonanya menjadi misteri yang selalu menggelitik hati.
Adalah Frank Goddio, seorang ilmuwan yang selama 10 tahun melakukan penelitian dan ekspedisi untuk menemukan istana Ratu Cleopatra. Berdasarkan berbagai data yang diperolehnya, Goddio yakin bahwa reruntuhan istana Cleopatra ada di salah satu titik di bawah permukaan teluk Alexandria. Empat abad setelah tewasnya Cleo karena bunuh diri dengan membiarkan dirinya dipatuk ular, sebuah gempa besar dan ombak raksasa (tsunami) meruntuhkan dan menyapu bersih istana Cleopatra.
Teluk Alexandria memiliki kedalaman antara 6 – 30 kaki, dengan luas 1 mil persegi. Petunjuk pencarian istana Cleopatra dimulai dari kisah seorang pedagang Yunani bernama Strabo. Tiga tahun setelah kejatuhan Cleopatra, ia mengunjungi Alexandria dan bercerita tentang sebuah kota yang dikelilingi tembok tinggi. Kota ini memiliki mercu suar besar yang menjadi salah satu dari 7 keajaiban dunia kuno. Mercu suar dengan lampunya yang besar inilah yang memanggil pelaut dari berbagai penjuru dunia datang melabuhkan kapalnya di pelabuhan Alexandria.
Goddio mengundang arkeolog Amerika dari Universitas Chicago untuk mencari dimana lokasi reruntuhan istana Cleopatra berada. Ditemani oleh Ibrahim Darwish, Direktur Bawah Air Departemen Arkeologi Mesir, para penyelam dan 30 ahli dari Perancis dan Mesir, mereka memulai ekspedisi untuk menemukan istana Cleopatra. Yang pertama-tama mereka temukan adalah sebuah kapal yang karam dan tertimbun 30 kaki di dasar laut. Uji karbon menunjukkan bahwa kapal itu berasal dari masa Cleopatra.
Adalah Frank Goddio, seorang ilmuwan yang selama 10 tahun melakukan penelitian dan ekspedisi untuk menemukan istana Ratu Cleopatra. Berdasarkan berbagai data yang diperolehnya, Goddio yakin bahwa reruntuhan istana Cleopatra ada di salah satu titik di bawah permukaan teluk Alexandria. Empat abad setelah tewasnya Cleo karena bunuh diri dengan membiarkan dirinya dipatuk ular, sebuah gempa besar dan ombak raksasa (tsunami) meruntuhkan dan menyapu bersih istana Cleopatra.
Teluk Alexandria memiliki kedalaman antara 6 – 30 kaki, dengan luas 1 mil persegi. Petunjuk pencarian istana Cleopatra dimulai dari kisah seorang pedagang Yunani bernama Strabo. Tiga tahun setelah kejatuhan Cleopatra, ia mengunjungi Alexandria dan bercerita tentang sebuah kota yang dikelilingi tembok tinggi. Kota ini memiliki mercu suar besar yang menjadi salah satu dari 7 keajaiban dunia kuno. Mercu suar dengan lampunya yang besar inilah yang memanggil pelaut dari berbagai penjuru dunia datang melabuhkan kapalnya di pelabuhan Alexandria.
Goddio mengundang arkeolog Amerika dari Universitas Chicago untuk mencari dimana lokasi reruntuhan istana Cleopatra berada. Ditemani oleh Ibrahim Darwish, Direktur Bawah Air Departemen Arkeologi Mesir, para penyelam dan 30 ahli dari Perancis dan Mesir, mereka memulai ekspedisi untuk menemukan istana Cleopatra. Yang pertama-tama mereka temukan adalah sebuah kapal yang karam dan tertimbun 30 kaki di dasar laut. Uji karbon menunjukkan bahwa kapal itu berasal dari masa Cleopatra.
Penemuan kapal itu merupakan awal yang menggembirakan. Seorang pelukis diterjunkan ke bawah laut untuk membuat sketsa kapal dengan kertas tahan air. Dari sketsa yang dibuat, selanjutnya ditransfer ukuran dan detail kapal, untuk mengetahui kapan kapal tersebut dibuat. Desain kapal yang dibuat berdasarkan sketsa kemudian dikirim kepada Dr. Steve Vinson, ahli kapal kuno dari Universitas Chicago. Dengan model yang dibuat melalui komputer, Dr. Vinson berhasil menghidupkan kembali kapal kuno ini. Panjang kapal 100 kaki, tinggi tiang penyangga layarnya 24 kaki. Kapal ini adalah kapal barang, membawa 300 ton gandum dan anggur dari Mesir ke Roma. Pada masa itu, Mesir yang subur oleh aliran sungai Nil mengirimkan 50.000 ton gandum setiap tahun ke Roma.
Tidak mudah untuk ‘menggali’ kembali bangkai kapal ini. Para penyelam mengalami kesulitan, karena kapal tertimbun kalsium selama berabad-abad, membentuk lapisan yang keras dan tebal. Jarak pandang di dasar laut juga sangat terbatas karena air yang keruh bercampur lumpur. Di sekitar lokasi karamnya kapal ditemukan patung dewa Yunani Hermes, ular melengkung yang merupakan penjaga kota, dan burung suci Mesir. Juga ditemukan kepala Ratu Kerajaan Romawi.
Goddio melengkapi penyelam-penyelamnya dengan teknologi canggih. Sebuah GPS (Global Positioning System), GPS pertama yang dipakai di bawah air, dipergunakan oleh para ahli untuk menentukan posisi (kedalaman dan koordinat) titik-titik di bawah air dengan cermat. GPS ini diberi nama ‘piano’, karena memiliki banyak tombol berwarna hitam seperti tuts piano.
Pada tahun 1997 dan 1998 sesudah pengangkatan arkeologi dari bawah air, diperoleh gambaran tentang kota yang hilang itu, istana tempat Cleopatra merayu Yulius Caesar, juga pantai tempat Mark Anthony membangun tempat untuk menyepi sebelum akhirnya bunuh diri. Istana Cleopatra terdapat di pulau Antirhodos, di teluk Alexandria. Untuk pertama kali setelah tenggelam selama 2000 tahun, istana Cleopatra mendapat pengunjung dari muka bumi.
Para penyelam menemukan batu dengan pahatan di antara reruntuhan istana. Tidak mungkin untuk mengangkat batu tersebut ke permukaan air, maka sebuah lembaran silikon lunak dimasukkan untuk menyalin huruf hyeroglyph yang dipahat pada batu tersebut. Lembaran silikon lunak tersebut ditempelkan pada permukaan batu, kemudian dipukul dengan palu untuk mendapatkan ‘cetakan’ huruf Hyeroglyph yang terpahat pada batu tersebut. Lembaran silikon ini dibawa untuk dipelajari para ahli Mesir dan Yunani kuno. Diketahui, bahwa pahatan dalam bahasa Yunani tersebut untuk menghormati kaisar yang memerintah 2 abad setelah kematian Cleopatra.
Nenek moyang Cleopatra berasal dari Yunani. Ia membawa gaya arsitektur Yunani ke Mesir. Ditemukan 60 tiang/pilar raksasa dari batu granit merah Mesir, berdiameter 4 kaki, tinggi 20 kaki. Pilar-pilar ini menutupi area seluas 180 kaki persegi di teluk Alexandria. Dari lukisan kuno yang ditemukan, diketahui bahwa pilar-pilar itu terdapat pada pintu gerbang masuk ke pulau Antirhodos. Goddio, yang ikut langsung menyelam ke bawah permukaan air, menemukan inskripsi (pahatan) bergambar ular, berbunyi “hidup yag abadi”. Ditemukan juga jalan lebar seluas 600 kaki persegi mengelilingi pulau, membentuk serangkaian jalan yang indah dan mewah.
Goddio dan Emily Teeter, seorang arkeolog Amerika, mempelajari berbagai artefak yang berhasil ditemukan. Cangkir dan piring, serta lampu minyak yang mungkin dulu dipakai Cleopatra. Akhirnya ditemukanlah 200 kaki persegi batu pondasi istana. Usia kayu yang terdapat pada pondasi menandakan bahwa pondasi itu dibangun 200 tahun sebelum Cleo. Ini adalah istana yang diwarisi Cleo sebagai ratu.
Bagi orang Mesir, kehidupan sesudah mati adalah sangat penting. Semua dapat dilacak di kuil, karena kuil selalu bisa bertahan terhadap zaman. Sebuah kuil, terletak ratusan mil ke arah selatan, menyimpan keabadian Cleopatra. Wujudnya digabung dengan Dewi Isis, dewi kesuburan yang mengontrol sungai Nil. Sungai ini menjadi sumber air utama bagi pertanian Mesir. Bagi para pemuja di Mesir dan Romawi, Cleopatra adalah Isis.
Patung sphinx dengan kepala Cleopatra
Tidak mudah untuk ‘menggali’ kembali bangkai kapal ini. Para penyelam mengalami kesulitan, karena kapal tertimbun kalsium selama berabad-abad, membentuk lapisan yang keras dan tebal. Jarak pandang di dasar laut juga sangat terbatas karena air yang keruh bercampur lumpur. Di sekitar lokasi karamnya kapal ditemukan patung dewa Yunani Hermes, ular melengkung yang merupakan penjaga kota, dan burung suci Mesir. Juga ditemukan kepala Ratu Kerajaan Romawi.
Goddio melengkapi penyelam-penyelamnya dengan teknologi canggih. Sebuah GPS (Global Positioning System), GPS pertama yang dipakai di bawah air, dipergunakan oleh para ahli untuk menentukan posisi (kedalaman dan koordinat) titik-titik di bawah air dengan cermat. GPS ini diberi nama ‘piano’, karena memiliki banyak tombol berwarna hitam seperti tuts piano.
Pada tahun 1997 dan 1998 sesudah pengangkatan arkeologi dari bawah air, diperoleh gambaran tentang kota yang hilang itu, istana tempat Cleopatra merayu Yulius Caesar, juga pantai tempat Mark Anthony membangun tempat untuk menyepi sebelum akhirnya bunuh diri. Istana Cleopatra terdapat di pulau Antirhodos, di teluk Alexandria. Untuk pertama kali setelah tenggelam selama 2000 tahun, istana Cleopatra mendapat pengunjung dari muka bumi.
Para penyelam menemukan batu dengan pahatan di antara reruntuhan istana. Tidak mungkin untuk mengangkat batu tersebut ke permukaan air, maka sebuah lembaran silikon lunak dimasukkan untuk menyalin huruf hyeroglyph yang dipahat pada batu tersebut. Lembaran silikon lunak tersebut ditempelkan pada permukaan batu, kemudian dipukul dengan palu untuk mendapatkan ‘cetakan’ huruf Hyeroglyph yang terpahat pada batu tersebut. Lembaran silikon ini dibawa untuk dipelajari para ahli Mesir dan Yunani kuno. Diketahui, bahwa pahatan dalam bahasa Yunani tersebut untuk menghormati kaisar yang memerintah 2 abad setelah kematian Cleopatra.
Nenek moyang Cleopatra berasal dari Yunani. Ia membawa gaya arsitektur Yunani ke Mesir. Ditemukan 60 tiang/pilar raksasa dari batu granit merah Mesir, berdiameter 4 kaki, tinggi 20 kaki. Pilar-pilar ini menutupi area seluas 180 kaki persegi di teluk Alexandria. Dari lukisan kuno yang ditemukan, diketahui bahwa pilar-pilar itu terdapat pada pintu gerbang masuk ke pulau Antirhodos. Goddio, yang ikut langsung menyelam ke bawah permukaan air, menemukan inskripsi (pahatan) bergambar ular, berbunyi “hidup yag abadi”. Ditemukan juga jalan lebar seluas 600 kaki persegi mengelilingi pulau, membentuk serangkaian jalan yang indah dan mewah.
Goddio dan Emily Teeter, seorang arkeolog Amerika, mempelajari berbagai artefak yang berhasil ditemukan. Cangkir dan piring, serta lampu minyak yang mungkin dulu dipakai Cleopatra. Akhirnya ditemukanlah 200 kaki persegi batu pondasi istana. Usia kayu yang terdapat pada pondasi menandakan bahwa pondasi itu dibangun 200 tahun sebelum Cleo. Ini adalah istana yang diwarisi Cleo sebagai ratu.
Bagi orang Mesir, kehidupan sesudah mati adalah sangat penting. Semua dapat dilacak di kuil, karena kuil selalu bisa bertahan terhadap zaman. Sebuah kuil, terletak ratusan mil ke arah selatan, menyimpan keabadian Cleopatra. Wujudnya digabung dengan Dewi Isis, dewi kesuburan yang mengontrol sungai Nil. Sungai ini menjadi sumber air utama bagi pertanian Mesir. Bagi para pemuja di Mesir dan Romawi, Cleopatra adalah Isis.
Patung sphinx dengan kepala Cleopatra
Dari reruntuhan istana Cleopatra ditemukan 2 buah sphinx yang masih utuh sempurna. Binatang mitologi ini memiliki wajah serupa dengan raja dan ratu. Salah satu sphinx memiliki wajah Cleopatra, dan sphinx yang satu lagi memiliki wajah ayah Cleopatra. Selain itu juga ditemukan patung kepala raksasa setinggi 50 kaki. Patung siapakah yang dibuat sebesar itu, jika bukan patung seseorang yang sangat berkuasa? Dari penyelidikan arkeologi, dipastikan bahwa patung itu adalah patung Octavianus, musuh besar Cleopatra. Setelah kematian Mark Anthony, Cleopatra merasa tidak akan sanggup mempertahankan Mesir dari serbuan Roma. Oleh karena itu ketika Octavianus membawa puluhan ribu tentaranya menyerang Alexandria, Cleopatra memilih bunuh diri. Baginya, mati dipatuk ular adalah lebih terhormat daripada ia ditaklukkan Octavianus.
INFORMASI YG SNAGAT MENARIK....YG PASTI ORANG YG NULIS INI...ORANG YG CERDAS .....THAT WAS PERFECT.........
Mantap info nya...
Mantap...